UNGKAPAN IMAM SYAFI’I
Semalam saya sempat membaca beberapa buku dan diantaranya ada yang cukup menarik perhatian saya, buku tersebut berjudul ‘Virus-Virus Ukhuwah’. Kehadiran buku ini memiliki arti yang cukup besar karena mengulas berbagai problema akut keretakan ukhuwah yang nyaris menimpa hampir seluruh elemen ummat saat ini. Lembaran demi lembaran saya mencari, kira-kira topic apa yang akan saya baca terlebih dulu karena gaya membaca saya demikian. Alhamdulillah saya menemukan yang topicnya pas yakni Memberi teguran di depan orang lain. Di tengah-tengah pembahasannya saya menemukan puisi Imam Syafi’i, berikut unkapnya:

“Nasihatilah diriku di kala aku sendiri
Jangan kau nasihati aku di tengah keramaian
Karena nasihat di muka umum adalah
bagian dari penghinaan yang tak suka aku mendengarnya
Jika engkau enggan dan tetap melanggar kata-kataku
Maka jangan menyesal jika aku enggan menurutimu”


Lain halnya ketika seseorang dikritik dan dinasihati dalam keadaan menyendiri, ia akan lebih menerima, mampu memahami permasalahan dengan jelas, dan tertarik padamu. Karena anda telah menerima suatu pertolongan , bahkan layanan dalam bentuk nasihat dan koreksi atas kesalahan yang dilakukan.
Perlu menjadi bahan koreksi bagi SANG PEMBERI NASEHAT, terkadang si Pemberi Nasehat ingin melihat hasil dari usahanya secepat kilat, sehingga berharap agar orang yang dinasehatinya mau berubah seketika. Jika tidak demikian, ia akan berasumsi bahwa nasehatnya telah gagal, atau terus berupaya menekan orang yang dinasehati, sehingga lebih mirip perdebatan. Karena ia beranggapan bahwa orang yang dinasehati itu tidak mengerti nasehat yang diberikannya, atau belum menerima nasehat itu.
Seorang pemberi nasehat yang memiliki penilaian seperti itu adalah salah. Karena sudah menjadi tabiat umum manusia. Mereka enggan mengakui secara langsung, melainkan membutuhkan rentang waktu untuk berpikir, atau mencari kesempatan untuk kembali.
Jika anda sedang menasehati seorang sahabat, maka jangan mengejek kesalahannya. Karena mengejek suatu perbuatan dosa yang telah dilakukan. Sama sekali bukan nasihat melainkan suatu perbuatan hina dan merupakan perilaku orang yang yang tidak takut terjerumus dalam su’ul khatimah. Perilaku ini dapat berakibat buruk bagi pelakunya. Sebuah pepatah klasik mengatakan “ siapa yang menghina saudaranya karena berbuat dosa , ia tidak akan mati kecuali terjebak di dalam dosa yang sama”.
Label: edit post
1 Response
  1. Anonim Says:

    izin share terima kasih :)


Posting Komentar

  • FOLLOWERS

    LINK MEDIA

  • DAKWATUNA
  • BULETIN AR ROYAN
  • AL IKHWAN
  • MAJALAH SABILI
  • Liputan 6
  • INDOSIAR
  • Inilah.com
  • Detik.com
  • Vivanews
  • Kompas
  • Okezone
  • Lampung Post
  • Radar Lampung
  • Jawa Post
  • Republika
  • Seputar Indonesia
  • Media Indonesia
  • Pikiran Rakyat
  • Suara Merdeka
  • Bisnis
  • Majalah Pengusaha
  • SUARA SURABAYA

About me

Label

U'r Comment


ShoutMix chat widget